Apr 14, 2025 • Kabar Pondok

Dzikir bareng santri arrosyidiyah

cover thumbnail

 

IMG_20100101_071520_7.jpg 4.75 MB

Kekuatan Dzikir Bareng di Ponpes Ar-Rosyidiyah: Menyejukkan Hati, Menguatkan Jiwa

 
Di tengah hiruk pikuk dunia dan segala ujian kehidupan, Pondok Pesantren Ar-Rosyidiyah Bojong, Cikupa, Tangerang, terus menanamkan nilai-nilai spiritual mendalam kepada para santrinya. Salah satu kegiatan rutin yang selalu dinanti dan menjadi momen paling menenangkan jiwa adalah dzikir bareng yang diadakan secara berjamaah di masjid pondok.

Dzikir bukan sekadar rutinitas ibadah, tetapi menjadi sumber kekuatan ruhani, tempat para santri kembali menyucikan hati setelah seharian menimba ilmu dan beraktivitas.
 
 

Makna Dzikir dalam Kehidupan Seorang Santri

 
Dzikir berarti “mengingat” – sebuah aktivitas ibadah yang dilakukan dengan menyebut nama Allah dan mengingat kebesaran-Nya. Dalam dzikir terkandung pengakuan kelemahan manusia dan ketergantungan total kepada Sang Pencipta.
 

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)


Santri di Pondok Pesantren Ar-Rosyidiyah sejak dini diajarkan bahwa dzikir bukan hanya dilakukan saat lapang, tetapi lebih-lebih saat sempit dan penuh ujian. Dzikir menjadi teman terbaik saat hati sedang risau, pikiran sedang kacau, dan hidup terasa berat.
 
 

Kegiatan Dzikir Bareng: Rutinitas Penuh Makna

 
Kegiatan dzikir bareng biasanya dilakukan setelah shalat Maghrib atau Subuh, dipimpin oleh asatidz pondok. Para santri duduk melingkar dalam suasana hening, hanya terdengar suara lantunan:
 


Lafadz-lafadz tersebut membasahi lisan dan menggetarkan hati. Tidak sedikit santri yang meneteskan air mata saat dzikir, terutama ketika mengingat dosa-dosa masa lalu, rindu kepada orang tua, atau saat hati sedang diuji.
 
 

Dzikir Mengajarkan Rendah Hati dan Kesabaran

 
Di usia muda, banyak santri yang datang ke pondok dengan berbagai latar belakang—ada yang keras hati, ada yang jauh dari agama, bahkan ada yang penuh amarah. Namun seiring waktu, dengan kegiatan dzikir yang terus dilatih, mereka menjadi pribadi yang lebih lembut, sabar, dan rendah hati.
 

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak berdzikir, seperti orang yang hidup dan orang yang mati.”
(HR. Bukhari)


Dzikir menjadi pengingat bahwa sehebat apapun kita, setinggi apapun ilmu yang dimiliki, semua berasal dari Allah. Dzikir mengajarkan santri untuk menundukkan ego dan selalu bergantung pada-Nya.
 
 

Dzikir: Penghapus Dosa dan Penarik Keberkahan

 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 

“Tidaklah suatu kaum duduk untuk berdzikir kepada Allah, melainkan para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menaungi mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan (malaikat) yang ada di sisi-Nya.”
(HR. Muslim)


Kegiatan dzikir bareng juga menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah secara kolektif. Para santri merasa lebih kuat secara spiritual karena bersama-sama menyebut nama-Nya, bersama-sama berharap ampunan, dan bersama-sama berikrar untuk memperbaiki diri.
 
 

Dzikir Sebagai Terapi Jiwa

 
Tidak sedikit santri yang awalnya gelisah karena jauh dari keluarga, kesulitan belajar, atau merasa lelah dengan rutinitas. Namun setelah mengikuti dzikir bersama, hati mereka menjadi lebih tenang dan ringan.
 

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai.”
(QS. Al-Fajr: 27–28)


Di saat malam mulai senyap dan langit mulai pekat, santri di Pondok Pesantren Ar-Rosyidiyah tetap larut dalam dzikir, menghadirkan Allah dalam setiap detak jantung mereka. Di sinilah kekuatan sejati seorang santri dibentuk—dari hati yang terus terhubung dengan Allah.
 
 

Menjaga Tradisi Dzikir Sebagai Budaya Pesantren

 
Dzikir bukan hanya program, melainkan telah menjadi budaya pondok. Dari mulai bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, dzikir selalu menyertai aktivitas santri.
 
Setiap pagi, sebelum memulai pelajaran, santri berdzikir terlebih dahulu agar ilmu yang dipelajari menjadi berkah.
Setiap selesai makan, dzikir kembali dilantunkan sebagai bentuk syukur.
Setiap malam Jumat, dzikir bareng disertai doa-doa untuk para pendiri pondok, orang tua, dan umat Islam yang telah wafat.
 
 

Penutup: Dzikir, Sumber Keteguhan Santri dalam Menjalani Hidup

 
Dzikir telah menjadi nafas spiritual bagi santri Ar-Rosyidiyah. Di dalamnya ada kekuatan yang tak terlihat, namun mampu menenangkan hati dan menguatkan langkah.
 Dengan dzikir, santri tak hanya belajar ilmu dunia, tetapi juga menyiapkan bekal akhirat.
Dengan dzikir, mereka tidak hanya pintar, tapi juga berakhlak dan penuh cinta kepada Allah.

Semoga dzikir yang terus dihidupkan di pesantren ini menjadi cahaya yang menerangi hidup para santri, hingga mereka tumbuh menjadi insan yang tawadhu, tenang, dan penuh keberkahan.
 

Artikel Lainnya